sebuah catatan kehidupan

catatan seorang gadis pecinta katak

Kamis, 26 Januari 2012

Analisis dan pengolahan data amphibi

Menurut Mistar (2003), telah banyak dikembangkan metode survey herpetofauna yang cocok untuk keadaan Indonesia.  Susanto (2006) menyebutkan beberapa metode tersebut diantaranya metode transek, visual encounter survey (VES), drift-fenced pitfall trap (perangkap lubang dengan pagar pengarah), plot kuadrat, dan tree buttres.
            Metode transek digunakan untuk menjangkau areal yang luas dengan waktu yang relatif singkat.  Metode tersebut biasanya hanya menemukan jenis-jenis yang umum terlihat, yaitu jenis yang populasinya relatif besar dan tersebar merata serta jarang bersembunyi.  Akan tetapi bila ada keterbatasan dana, waktu, dan personil, Jaeger (1994) menyebutkan bahwa metode transek merupakan salah satu metode terbaik untuk digunakan.
            Metode VES merupakan modifikasi dari metode jelajah bebas dan belt transect.  Metode tersebut dilakukan dengan cara menyusuri berbagai badan air dan mendata jenis yang ditemukan serta keadaan daerah tempat jenis tersebut ditemukan.  Menurut Susanto (2006), metode ini cocok untuk digunakan mendata jenis dan mikrohabitat amfibi.  Akan tetapi, data yang didapatkan tidak dapat mencerminkan keadaan populasi seperti kepadatan.
            Metode drift-fenced pitfall trap merupakan modifikasi dari pitfall trap yang digunakan untuk serangga, dengan tambahan pagar untuk mengarahkan hewan yang akan diperangkap.  Metode tersebut cocok digunakan untuk mendata jenis-jenis yang mobil, kecil dan kriptik (Corn 1994).  Mistar (2003) menambahkan bahwa metode tersebut memiliki kelemahan berupa besarnya biaya, waktu, dan personil yang diperlukan.
            Metode plot kuadrat dilakukan dengan cara membuat plot kuadrat di beberapa tempat dan kemudian melakukan pencarian intensif di plot-plot tersebut (Jaeger & Inger 1994).  Menurut Susanto (2006), metode tersebut cocok untuk mendata jenis-jenis kriptik dengan kepadatan yang tinggi.  Akan tetapi metode tersebut tidak cocok untuk mendata jenis kriptik yang sangat mobil.  Metode tree buttres merupakan modifikasi dari metode plot kuadrat. Metode tersebut dilakukan dengan membuat plot disekitar banir pohon dan mendata jenis-jenis yang ada disana (Mistar 2003).
            Metode-metode yang akan dipakai dalam survey HCVF kali ini adalah modifikasi dari metode transek dan plot kuadrat.  Plot-plot seluas minimal 10x10 m akan diambil datanya mengikuti transek, secara selang-seling, dimana transek yang dimaksudkan akan mengikuti transek pengambilan data burung (gambar 1). Data di sepanjang transek juga akan diambil dengan metode VES.
            Pengamatan pada malam hari juga akan dilakukan dengan cara mengambil data di sekitar badan air memakai metode VES.  Pengambilan data di badan air diam akan dilakukan dengan cara mengambil data diwilayah sekeliling badan air dengan radius minimal 10 m dan didalam badan air sebatas daerah yang dapat dilalui dengan berjalan (gambar 2).  Pengambilan data di badan air mengalir akan dilakukan dengan cara menarik 3 transek melawan arus (gambar 3).
            Pengambilan data dengan memakai drift-fenced pitfall trap (gambar 4) juga akan dilakukan bila tidak terbentur masalah dana, waktu, dan personil.  Perangkap akan diletakkan di sekitar badan air pada daerah yang cukup padat tanahnya.




Alat dan bahan
a.       Alat
Peralatan yang digunakan adalah: headlamp, tongkat ular, kantong plastik, label, tali, jam tangan, GPS, alat tulis, kaliper, timbangan, termometer, pH universalindikator, kotak plastik tertutup (dicky tray), kaleng kerupuk, alat suntik,  dan kamera digital.
b.      Bahan
Bahan yang digunakan adalah , kertas tisu handuk, larutan formalin 4%, dan alkohol 70%.

Ø  Analisis dan pengolahan data

            Data yang diperoleh akan dianalisis sebagai berikut:

a.  Kelimpahan relatif

            Penentuan kelimpahan relatif bagi setiap jenis Amfibi dalam suatu
habitat dilakukan dengan menggunakan rumus (Cox 1996) :



                 KR= Ki/∑Ki  ;    Ki= ni/N
      
Keterangan:
KR = Kelimpahan relatif
Ki = Kelimpahan mutlak jenis ke-i
ni = jumlah individu jenis ke-i
N = jumlah total individu dalam komunitas

b.  Frekuensi relatif

            Frekuensi relatif setiap jenis Amfibi dihitung dengan rumus (Cox 1996):



                   FR= Fi/∑Fi    ;   Fi= F/N                        
                                                                                       
Keterangan:
Fr = Frekuensi relatif
Fi = frekuensi jenis ke-i;
F = jumlah sampel yang mengandung jenis ke-i;
N = jumlah sampel total

c.  Nilai Penting
            Nilai penting (NP) untuk setiap jenis Amfibi diperoleh dengan menjumlahkan nilai kelimpahan relatif (Kr) dan nilai Frekuensi relatif (Fr) dari jenis tersebut (Cox 1996).


d.  Indeks Dominansi
            Indeks dominansi dapat dihitung dengan rumus (Cox 1996):

                   Di= Pix100%    ; Pi= ni/N


Keterangan:
Di = Indeks dominansi jenis ke-i;
Pi = proporsi Nilai Penting jenis ke-I
Dominansi jenis dalam komunitas dikelompokkan menurut kriteria Jorgenssen menjadi tiga kelas dominansi, yaitu dominan (Di > 5%), subdominan (Di = 2% – 5 %), nondominan (Di < 2%) (lihat Arumasari 1989).

e. Keanekaragaman  jenis  Amfibi

              Keanekargaman jenis dapat dihitung dengan menggunakan Indeks
Shannon-Wiener sebagai berikut:
                   H’= -∑Pi log Pi  
   
Keterangan:
H’ = Indeks keanekaragaman Shannon-Wiener
Pi = Proporsi jenis ke-i
(Waite 2000)

f.  Kemerataan
            Ukuran kemerataan jenis digunakan untuk mengetahui gejala dominansi diantara setiap jenis dalam suatu lokasi.  Kemerataan jenis Amfibi dalam komunitas dihitung dengan rumus:



                J= H’/H’ maks   ;  H’ maks= log S



Keterangan:
J = Indeks Keseragaman
H = Indeks Keanekaragaman
S = jumlah jenis
(Waite 2000)

g.  Indeks  Kesamaan  Jenis  antar  habitat
            Indeks kesamaan jenis dihitung untuk mengetahui kesamaan komunitas di dua lokasi atau habitat yang berbeda.  Indeks yang digunakan
adalah Indeks Sorenson (Waite 2000)  dengan rumus:


                     IS= 2C/a.b x 100%

    keterangan:                                       
IS = Indeks Sorensen
a = Jumlah jenis di lokasi a
b = Jumlah jenis di lokasi b
c = Jumlah jenis yang terdapat di lokasi a dan b
h.  Peluang perjumpaan
            Peluang perjumpaan dihitung untuk mengetahui peluang melihat satwa dalam 1 jam.  Peluang perjumpaan dapat diketahui dengan membagi jumlah total individu jenis ke-i dengan waktu pengamatan (Fitri dkk. 2003).


1 komentar: